Senin, 18 Agustus 2014

MANISAN CIPLUKAN: BUAH TINGGI FENOL YANG NAIK KELAS MELAUI METODE PENGERINGAN

Ciplukan adalah tanaman yang berbentuk bulat dengan kantong yang membungkusnya. Physalis peruviana L adalah spesies yang berasal dari peru sedangkan Physalis angulata L adalah spesies yang biasa kita lihat di sekitar kita. Buah ini dapat disebut sebagai makanan fungsional karena kandungan bioaktif yang terkandung didalamnya. Anggota dari famili Solanaceae ini memiliki kandungan senyawa kimia yaitu senyawa fenol antara lain alkaloid, flavonoid, selain itu ciplukan juga mengandung asam sitrat dan saponin. Fungsinya sebagai antioksidan dan obat berbagai penyakit seperti diabetes dan hipertiroid.   

Buah ini dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, jus, jelly, atau ditambahkan dalam salad, atau roti (Ramadan, 2011). Di Negara-negara subtropis buah ini telah dikonsumsi secara komersial (Novoa et al., 2006). Buah ini dapat bertahan selama 1 bulan apabila masih terbalut kelopaknya dan hanya 4-5 hari apabila sudah dipisahkan dengan kelopaknya, maka para produsen mengolahnya menjadi bentuk kering untuk tujuan keamanan dalam transportasi dan penyimpanan.

Pengeringan merupakan metode pengawetan makanan yang cukup lama dilakukan. Penggeringan dengan microwave merupakan  metode alternative dengan berbagai keuntungan disbanding metode konveksi yang lebih populer keuntungannya antara lain perpindahan energy yang seragam, konduktifitas panas yang tinggi pada bagian dalam materialnya, sanitasi yang baik, hemat energy, dan prosesnya terkontrol. Sebuah penelitian oleh Izli et al (2013) menunjukkan total fenol dalam buah ciplukan (Physalis peruviana L) yang telah dikeringkan dengan microwave 160 W memiliki kandungan fenol dan kapasitas antioksidan lebih tinggi disbandingkan dengan metode konveksi dan kombinasi microwave dan konveksi. Uji warna juga menunjukkan metode ini memiliki poin warna paling baik dengan kecerahan, corak kemerahan/kehijauan dan corak kekuningan/ kebiruan yang mendekata warna buah segar. 
Meskipun dalam penelitian tersebut kandungan fenol dan antioksidan jauh dibawah buah segar. Proses pengeringan telah memberikan keuntungan nilai tambah dalam ketersediaan buah ini. keberadaan ciplukan di Indonesia juga cukup banyak hanya saja. Pengetahuan mengenai manfaatnya yang bernilai ekonomis tinggi belum banyak diketahui sehingga pembudidayaannya masih sangat minim. Semakin luasnya akses pengetahuan mengenai buah ini dan pemanfaatannya diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pangan lokal yang dapat dikembangkan.


DAFTAR PUSTAKA
Izi, Nazmi et al. 2014. Effect of different drying methods on drying characteristics, colour, total phenolic content and antioxidant capacity of Goldenberry (Physalis peruviana L.) International Journal of Food Science and Technology 2014, 49, 9–17
Novoa, H.R., Bojaca, M., Galvis, J.A. & Fischer, G. (2006). Fruit maturity and calyx drying influence post-harvest behavior of Cape gooseberry (Physalis peruviana L.) stored at 12 \ C. Agronomia Colombiana, 24, 77–86.
Ramadan, M.F. (2011). Bioactive phytochemicals, nutritional value, and functional properties of Cape gooseberry (P. peruviana): an overview. Food Research International, 44, 1830–1836.
Sutjiatmojo, Afifah B, dkk. 2011. EFEK ANTIDIABETES HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata LINN.) PADA MENCIT DIABETES DENGAN INDUKSI ALOKSAN  Jurnal Farmasi Indonesia Vol.5 No 4 Th 2011.
Image https://wedangberashitam.files.wordpress.com/2014/09/buah-ciplukan-2.jpg
 

Estimasi pengukuran Antropometri dengan Rumus

Sebagai ahli gizi yang bakal menangani pasien, kita ditantang untuk dapat mengetahui status gizinya sebagai bahan assessment kita. Pengukuran status gizi tak akan lepas dari pengukuran antropomentri. Kendala yang sering kita jumpai adalah kendala kondisi fisik. tidak semua pasien dapat berdiri, mereka hanya dapat duduk, atau bahkan hanya dapat terlentang di bed. untuk itu kita perlu mencari strategi yang tepat agar tercapai tujuan assessment kita salah satunya dengan estimasi menggunakan rumus. berikut ini beberapa rumus-rumus pengukuran antropometri yang semoga dapat membantu memperlancar proses asuhan gizi teman-teman semua.
 

Rumus-Rumus Antropometri
1. Rumus Tinggi Badan dari Tinggi Lutut
a.      Rumus Cumlea
·         Laki Laki
TB=64,19-(0,04xU)+(2,02+TL)
·         Perempuan
TB=84,88-(0,24xU)+(1,83xTL)
Ket:
§  TB adalah Tinggi Badan dalam cm
§  U adalah usia dalam tahun
§  TL adalah tinggi lutut dalam cm

b.      Rumus lain (Makara, 2006)
·         Laki Laki
TB=(1,647xTL)+80,8
·         Perempuan
TB=(1,807xTL)+66,75
Ket:
§  TB adalah Tinggi Badan dalam cm
§  TL adalah tinggi lutut dalam cm
§  Sumber: Makara. Jur Kesehatan. 2006. 10:1; 7-16

Rumus BMI dari LILA
·         Laki Laki
BMI=1,01xLILA-4,7
·         Perempuan
BMI=1,10xLILA-6,7
Ket:
§  BMI adalah Body Mass Index dalam cm
§  LILA adalah Lingkar Lengan Atas dalam cm

Sebagai catatan, estimasi-estimasi ini hanya dapat dilakukan apabila kondisi pasien memang tidak memungkinkan. pengukuran antropometri dengan posisi dan aturan basic tetap harus diutamakan. selain itu penentuan estimasi ini juga membutuhkan pengukuran antropometri yang sebenarnya pada komponen yang diperlukan dalam perhitungan (seperti LILA dan Tinggi Lutut) dan diperlukan keterampilan pula dalam melakukannya. hoho, ini lah sisi nyeni jadi ahli gizi.

Semoga bermanfaat
Selamat nyeni